Sunday, May 9, 2010

Yesaya 49:15



"Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau." Yesaya 49:15 


Alkitab sering menggunakan kontras untuk membuat kita mengerti suatu kebenaran lebih mendalam.

Dalam ayat di atas Tuhan Allah berfirman kepada umat Israel, meyakinkan mereka supaya tidak meragukan kekuatan kasih Allah. Tuhan selalu menyertai umatNya. Ia bukan manusia sehingga lalai, atau tertidur, atau sibuk. Tidak sedetikpun mataNya lepas dari kita.

Orang Kristen yang sungguh-sungguh adalah sangat sedikit dalam dunia ini. Tidak heran mereka selalu tergoda merasa sendirian. Apa betul Tuhan akan melindungi saya? Bagaimana kalau ternyata Ia membiarkan saya begitu saja?

Dalam ayat sebelumnya umat Israel sedang mengomel. "Sion berkata: "TUHAN telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku."" (Yesaya 49:14). 
Tuhan segera memperingatkan mereka: "Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya?"

Anak kedua Barbara Bush meninggal karena leukemia pada usia 4 tahun. Kira-kira 30 tahun sesudah putrinya meninggal, Barbara Bush masih berlinang air mata kalau berbicara tentang dia. Padahal sudah lebih dari 30 tahun! Orangtua tidak akan pernah lupa peristiwa kehilangan darah daging yang dilahirkannya.
"Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau." !
 
Jadi saudaraku, bila Anda adalah milik Kristus. Bersukacitalah.
Bahkan ketika cobaan bertubi-tubi menimpa, Tuhan tetap berkuasa. Ia melindungi, bahkan menggunakan segala sesuatu untuk kebaikan kita yang mengasihi Dia.

Sunday, April 4, 2010

Paskah adalah ...

Paskah adalah supaya kita hidup untuk kebenaran.

1 Petrus  2:24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

Pada hari itu, setiap dosa secara literal ditaruh kepada Yesus di kayu salib. Supaya kita hidup untuk kebenaran.

Kita sudah sembuh dari ikatan dosa bila menaruh percaya padaNya.
Kita masih bisa diijinkan sakit dan mengalami penderitaan di dalam dunia ini. Semua itu digunakanNya untuk pertumbuhan iman kita. RencanaNya adalah supaya kita sembuh dari kecanduan dosa.

Sudahkah Anda mengklaim kesembuhan Anda dari dosa, dan hidup untuk kebenaran?

Selamat Paskah.

Friday, March 5, 2010

Panggil Dia "Bapa"

“Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu,”
Matius  6:9

 Apakah rasa khawatir masih menghantui Anda sepanjang hari? Apakah hari-hari Anda diisi dengan keluhan dan omelan ketidakpuasan? Bagaimana sikap hati dan sikap hidup Anda akan berubah kalau mengerti bahwa Allah adalah your Father?

Allah adalah Bapa kita yang di sorga. Ini bukan rahasia bagi setiap orang Kristen yang telah menelaah kitab-kitab Injil Perjanjian Baru. Tuhan Yesus mengajar kita memanggil Allah, “Bapa”.

Tetapi di jaman Perjanjian Lama orang Yahudi tidak pernah memanggil Allah sebagai Bapa. Bahkan dokumen-dokumen kuno dan kitab-kitab Perjanjian Lama menunjukkan bahwa sampai abad ke-10, tidak pernah tercatat satu orang Israel pun menyebut nama Tuhan Allah, Bapa. Orang Yahudi mentraining anak-anakNya menghafal nama-nama Tuhan, yaitu dengan nama apa saja Ia boleh disebut. Tetapi nama “Bapa” tidak termasuk.

Dalam hal ini ajaran Tuhan Yesus menyebut Allah sebagai Bapa adalah sangat radikal.  Tuhan Yesus Kristus adalah rabbi Yahudi pertama yang 'berani' memanggil Allah sebagai Bapa. Tidak heran Ia amat dibenci oleh orang Farisi dan ahli Taurat di jamannya. Tidak heran Ia dibilang menghujat Allah. Menurut mereka, tidak seorangpun bisa memiliki hubungan sedemikian akrab dan intim dengan Allah maha kuasa, Pencipta langit dan bumi.

Tetapi bahkan di dalam Perjanjian Lama ada banyak Firman di mana Tuhan menyatakan kasihNya kepada umat pilihan sebagai kasih seorang bapak atau ibu kepada anak-anaknya.

Ulangan 1:31 “... dan di padang gurun, di mana engkau melihat bahwa TUHAN, Allahmu, mendukung engkau, seperti seseorang mendukung anaknya, sepanjang jalan yang kamu tempuh, sampai kamu tiba di tempat ini.

Yesaya 66:12-13 “Sebab beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku mengalirkan kepadanya keselamatan seperti sungai, dan kekayaan bangsa-bangsa seperti batang air yang membanjir; kamu akan menyusu, akan digendong, akan dibelai-belai di pangkuan. Seperti seseorang yang dihibur ibunya, demikianlah Aku ini akan menghibur kamu; kamu akan dihibur di Yerusalem.

Mazmur 103:13 “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia.”

Amsal 3:12 Karena TUHAN memberi ajaran  kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi.

Dalam setiap doa Tuhan Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru, hanya satu di mana Ia tidak memanggil Allah, “Bapa”. Tuhan Yesus serius mengajar bahwa Tuhan Allah adalah Bapa kita. Sudah seharusnya kita mendalami supaya boleh mengerti sungguh. Seolah kata-kata Yesus menggema kepada kita, “Karena itu kalau kamu berdoa, katakanlah: Bapa kami yang di sorga.

Dalam menebus kita Tuhan Yesus telah memberikan hak dan kehormatan ini, yaitu untuk menjadi anak-anak Allah. Kita telah diadopsi oleh Tuhan Allah dan telah menjadi ahli warisNya bersama Tuhan Yesus Kristus, AnakNya yang tunggal. (Bacalah di Roma 8:14-17).

Isn’t it amazing?

Wednesday, January 6, 2010

Kudus, Kudus, Kudus


Mengapa Alkitab seringkali mengulang satu kata beberapa kali?


Jaman sekarang ini bila kita hendak menekankan suatu kata atau kalimat, kita pasang ‘bold’ atau ‘italic’. Di jaman kuno, untuk menekankan suatu kata mereka menyebutnya dua kali. 

Begitu pula dalam bahasa Indonesia kita kadang-kadang menggunakan pengulangan untuk menekankan suatu kata. Misalnya “benar-benar”, “sangat-sangat”, dan sebagainya.



Misalnya di Yohanes 5:24, :
“Truly, truly, I say to you, he who hears My word, and believes Him who sent Me, has eternal life, and does not come into judgment, but has passed out of death into life.” (NASB)


Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia:


Yohanes 5:24 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.

“Truly, truly” dalam teks aslinya adalah "Amen, Amen". Amen kita tahu artinya adalah “ya dan benar.” Kita gunakan kata amen/amin untuk menutup doa kita, menegaskan bahwa apa yang kita doakan itu adalah benar adanya.



Bila di dalam kitab Injil kita membaca kata-kata di atas (“truly, truly” yang diterjemahkan = “Aku berkata kepadamu”), segera beri perhatian penuh. Sebab Tuhan sedang bicara tentang suatu perkara yang sangat-sangat serius.


Di kitab Yesaya, kita membaca bagaimana para Serafim berseru satu sama lain, “Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya!”
Ayat ini juga dijadikan lagu kidung pujian yang diterjemahkan, “Suci, suci, suci”.


Yesaya
6:2 Para Serafim berdiri di sebelah atas-Nya, masing-masing mempunyai enam sayap; dua sayap dipakai untuk menutupi muka mereka, dua sayap dipakai untuk menutupi kaki mereka dan dua sayap dipakai untuk melayang-layang.
6:3 Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!"


Kata Kudus diulang bukannya dua kali tetapi tiga kali. Menekankan betapa Allah itu betul-betul, bener-bener total, kudus.


Para Serafim di hadirat Allah rupanya tidak berseru, “Hikmat, Hikmat, Hikmat” atau “Kasih, Kasih, Kasih” atau yang lainnya. Melainkan, “Kudus, Kudus, Kudus”. Kekudusan Allah adalah atributNya yang bisa dibilang paling penting di surga, namun seringkali kekudusan Allah justru terlupakan oleh kita semua.


Sudahkah Anda merenungkan tentang kekudusan Allah itu setiap hari? Kalau Allah maha kudus, bagaimana seharusnya kita hidup di hadapanNya?