Wednesday, July 16, 2008

Mencari Kehendak Tuhan


Istilah "mencari" kehendak Tuhan sering membuat kita salah kaprah. Kata "mencari" mengandung arti sesuatu yang tersembunyi. Padahal kehendak Tuhan itu tidak tersembunyi. Sebaliknya, siap ditemukan oleh siapa saja yang mau menjalaninya.

Mungkin bisa kita gambarkan: kehendak Tuhan itu seperti udara di sekeliling kita. Tetapi untuk mengambil udara itu kita harus menghirupnya. Tindakan menghirup inilah yang sering jadi problem kita.
Dalam hal ini banyak orang Kristen tidak bernapas. Karena senantiasa ragu dalam memutuskan menghirup udara segar tersebut. Kita khawatir kalau-kalau salah hirup. Bagaimana kalau ternyata ada nyamuk di depan hidung tidak kelihatan? Bakteri, kuman, dan sebagainya? Atau jangan-jangan tidak ada udara sama sekali, sehingga nanti megap-megap?

Kita lihat sekarang bahwa dalam menarik napas pun kita butuh beriman akan tersedianya udara layak hirup di depan hidung ini. Kita juga harus percaya bahwa sistem pernafasan kita sanggup menyaring debu/kuman/polusi yang marak di udara sekitar, sehingga kita tidak akan mati gara-gara menarik napas hari ini.

Mungkin ada satu dua orang yang mati gara-gara menghirup udara polusi, seperti kuman Sars, atau gas maut yang dilepaskan oleh teroris. Tetapi hal ini tidak membuat kita rame-rame tahan napas atau saking takutnya tidak pernah mau menarik napas lagi. Sebab menarik napas adalah suatu hal yang normal dan alamiah.

Demikianlah dalam mencari kehendak Tuhan. Setiap hari kita harus hidup di dalam kehendak Tuhan. Setiap saat kita harus memilih melakukan apa yang benar sesuai FirmanNya = Kehendak Tuhan.

Kehendak Tuhan bukan hanya harus kita cari dalam memutuskan masalah-masalah besar seperti harus menyuap atau tidak supaya usaha kita maju. Kehendak Tuhan bukan hanya masalah sekolah di mana, kerja di mana, atau menikah dengan siapa.
Melainkan mencari kehendak Tuhan adalah sebuah gaya hidup. Hari demi hari kita memilih mentaati kehendak Tuhan dalam hal kecil maupun besar. Sikap hidup (attitude) dan tindakan (behavior) kita harus sesuai kehendak Tuhan.

Dalam mengambil keputusan kita boleh berdoa, "Tuhan, saya mohon pimpinanMu dalam memutuskan hal ini. Jauhkanlah kami dari keputusan yang salah." Kemudian percayalah bahwa Dia pasti akan menjawab doa tersebut. Jadi, ambillah keputusan sesuai Firman Tuhan. Teruslah berdoa menggumulkan masalah tersebut. Tanya pendapat orang Kristen lain yang Anda anggap lebih dewasa imannya. Kemudian, ambillah keputusan. Percayalah bahwa Roh Kudus, melalui terang Firman Tuhan yang kita pelajari, akan menolong kita mengambil keputusan yang benar.

Dari teks kita di Kejadian pasal 14, Abraham sudah berdoa dan bergumul dengan Tuhan masalah jarahan yang diambilnya kembali dari Kedorlaomer (bacalah versi NIVnya). Harta itu pasti sangat banyak dan sudah menjadi hak Abraham yang menang dalam peperangan tersebut.
Tetapi Abraham sampai pada keputusan bahwa Tuhan tidak mau dirinya mengambil harta jarahan dari Sodom dan Gomora, supaya raja Sodom tidak bisa mengatakan bahwa kekayaan Abraham datang dari jarahan Sodom dan Gomora, bukan dari Tuhan Allah.

Kej 14:23 Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya.

Yakobus 1:5 Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit --, maka hal itu akan diberikan kepadanya.
1:6 Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.
1:7 Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia akan menerima sesuatu dari Tuhan.
1:8 Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya.

Kiranya kita senantiasa mengejar Tuhan dalam doa dan permohonan, supaya Ia memberi kita hikmat dalam mengambil keputusan yang berkenan kepadaNya.

No comments: